CONTOH KARYA ilmiah
Oleh : taufik haldi
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Daya simpan telur, khususnya telur ayam, amat pendek. Oleh
karena itu perlu diperlakukan secara khusus jika ingin telur bisa disimpan
lebih lama, apalagi bila menginginkan kondisi telur berada dalam keadaan segar.
Salah satu upaya memperpanjang kesegaran telur adalah dengan mengawetkannya.
Pengawetan telur segar sangat berguna dalam upaya mengatasi saat-saat harga
telur tinggi. Untuk itu dicarilah upaya pengawetan telur yang mudah, sederhana,
dan irit biaya.
Telur dapat bertahan lama pada suhu yang dingin, misalnya
dengan menaruhnya di lemari es. Sedangkan di kecamatan Talun, khususnya di desa
Sengare dan sekitarnya, penduduk yang memiliki lemari es sangat sedikit.
Apalagi pada musim kemarau, telur sulit untuk bertahan lama. Akibatnya penduduk
desa Sengare dan sekitarnya kesulitan mengawetkan telur agar tetap segar.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
permasalahan yang diuraikan pada latar belakang di atas, adapun rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: bagaimana upaya mengawetkan telur tanpa harus
dimasukkan ke dalam lemari es, melalui pemanfaatan bahan-bahan yang ada di desa
Sengare dengan tidak mengeluarkan banyak biaya?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian
karya ilmiah ini bertujuan:
- Mencari upaya lain dalam pengawetan telur, khususnya
pada masyarakat yang belum memiliki alat pendingin seperti lemari es
- Mencoba melakukan kegiatan ilmiah sebagai solusi
menjawab persoalan yang muncul di tengah-tengah masyarakat, khususnya di
desa Sengare
Adapun
manfaat penelitian ini amat berguna bagi masyarakat, karena bisa mengawetkan
telur segar lebih lama, tanpa harus mengeluarkan banyak biaya.
1.4
Sistematika Penulisan
Karya ilmiah ini terdiri dari 5 bab dan beberapa lembar
lainnya. Bab I adalah Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
Pada bab II dijelaskan tentang Tinjauan Pustaka, yang
diuraikan atas penjelasan Kualitas Telur dam Komposisi Telur.
Bab III berisi Metode Penelitian, sedangkan bab IV
dijelaskan tentang Pengawetan Telur, yang diuraikan lagi atas Alat dan Bahan,
Cara Kerja, dan Analisis.
Karya Ilmiah ini ditutup dengan bagian Penutup yang berisi
Kesimpulan dan Saran. Sebagai pertanggungjawaban disertakan pula Daftar
Pustaka.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kualitas Telur
Kualitas
telur ditentukan oleh dua faktor, yakni kualitas luarnya berupa kulit cangkang
dan isi telur. Kualitas luar ini bisa berupa bentuk, warna, tekstur, keutuhan,
dan kebersihan kulit cangkang. Sedangkan yang berkaitan dengan isi telur
meliputi kekentalan putih telur, warna dan posisi telur, serta ada tidaknya
noda-noda pada putih dan kuning telur.
Dalam
kondisi baru, kualitas telur tidak banyak mempengaruhi kualitas bagian dalamnya.
Jika telur tersebut dikonsumsi langsung, kualitas telur bagian luar tidak
menjadi masalah. Tetapi jika telur tersebut akan disimpan atau diawetkan, maka
kualitas kulit telur yang rendah sangat berpengaruh terhadap awetnya telur.
Kualitas
isi telur tanpa perlakuan khusus tidak dapat dipertahankan dalam waktu yang
lama. Dalam suhu yang tidak sesuai, telur akan mengalami kerusakan setelah
disimpan lebih dari dua minggu. Kerusakan ini biasanya ditandai dengan kocaknya
isi telur dan bila dipecah isinya tidak mengumpul lagi.
Dari
beberapa penelitian yang dilakukan para ahli, misalnya Haryoto (1996), Muhammad
Rasyaf (1991), dan Antonius Riyanto (2001), dinyatakan bahwa kerusakan isi
telur disebabkan adanya CO2 yang terkandung di dalamnya sudah banyak
yang keluar, sehingga derajat keasaman meningkat. Penguapan yang terjadi juga
membuat bobot telur menyusut, dan putih telur menjadi lebih encer. Masuknya
mikroba ke dalam telur melalui pori-pori kulit telur juga akan merusak isi
telur.
Telur
segar yang baik ditandai oleh bentuk kulitnya yang bagus, cukup tebal, tidak
cacat (retak), warnanya bersih, rongga udara dalam telur kecil, posisi kuning
telur di tengah-tengah, dan tidak terdapat bercak atau noda darah.
2.2
Komposisi Telur
Telur
ayam pada umumnya memiliki berat sekitar 50-57 gram perbutirnya, yang terdiri
dari 11% bagian kulit telur, 50% bagian putih telur, 31% bagian kuning telur.
Telur
adalah sumber protein bermutu tinggi, kaya akan vitamin dan mineral. Protein
telur termasuk sempurna, karena mengandung semua jenis asam amino esensial
dalam jumlah cukup seimbang. Asam amino esensial sangat dibutuhkan oleh
manusia, karena tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh sehingga harus dipenuhi
dari makanan yang dimakan.
Telur
juga mengandung vitamin A, vitamin B Kompleks, dan vitamin D. Di samping itu
telur juga mengandung sejumlah mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium,
sodium, dan magnesium dalam jumlah yang cukup. Semua unsur ini sangat penting
guna meningkatkan pertumbuhan tubuh pada anak-anak dan remaja. Anak balita
setiap hari membutuhkan kurang lebih 15 gram protein hewani. Kebutuhan tersebut
dapat dipenuhi apabila anak balita mengkonsumsi 2 butir telur ayam perhari.
Protein sangat dibutuhkan untuk membangun sel tubuh dan memperbaiki sel tubuh
yang rusak. Itulah sebabnya telur sering diberikan kepada anak kecil untuk
membantu pertumbuhan badan, dan kepada orang yang dalam proses penyembuhan guna
mengganti sel tubuh yang rusak..
Komposisi
zat gizi telur ayam dalam 100 gram
1.
Kalori (kal) : 162,0
2.
Protein (g) : 12,8
3.
Lemak (g) :11,5
4.
Karbohodrat (g) : 0,7
5.
Kalsium (mg) : 54,0
6.
Fosfor (mg) : 180,0
7.
Besi (mg) : 2,7
8.
Vitamin A : 900,0
9.
Vitamin B : 0,1
10.
Air (g) : 72
Sumber:
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 1979
Semua
gambaran di atas amat penting dijelaskan, betapa telur memiliki banyak elemen
penting yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan penggantian sel tubuh manusia.
III.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian hingga penyusunan karya ilmiah ini
digunakan metode ilmiah, berupa kepustakaan dan observasi di, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengumpulan
data kepustakaan dan bahan/alat yang berkaitan dengan objek penelitian
2. Melakukan
observasi (pengamatan) untuk mengetahui sampai sejauh mana hasil yang didapat
dari uji coba yang dilakukan
3. Melakukan
analisis dan kesimpulan dari hasil uji coba
Pada penelitian tersebut variabel bebas atau penyebabnya
adalah pengolesan minyak kelapa, Untuk variabel terikat atau akibatnya adalah
pengawetan telur ayam segar. Sedangkan variabel kontrolnya adalah telur
dibiarkan (tanpa diolesi). Sebagai pembanding digunakan pengolesan telur dengan
air kapur.
IV.
PENGAWETAN TELUR
4.1
Alat dan Bahan
Pegawetan
telur ayan diteliti dengan menggunakan alat dan bahan sebagai berikut:
- Telur
- Kapur
- Kelapa
- Parutan kelapa
- Panci
- Kertas
- Spidol
- Saringan kelapa
- Wajan dan susuk
- Kompor
- Minyak tanah
- Korek api
- Kuas kecil
- Air
- Wadah
- Minyak curah
4.2
Cara Kerja
Untuk
menilai pengawetan telur ayam dilakukanlah pengujian mulai tanggal 23 Maret
sampai 4 Mei 2005, dengan melakukan perbandingan untuk menilai kesegaran
telur-telur tersebut setelah beberapa hari kemudian. Perbandingan itu dengan
cara mengelompokkan telur-telur tersebut ke dalam 4 kelompok, sebagai berikut:
- Kelompok telur I: Telur diolesi minyak curah
Telur yang akan diawetkan dicuci terlebih dahulu dan
dikeringkan. Selanjutnya telur diolesi minyak curah dengan memakai kuas kecil.
Setelah itu telur disimpan di tempat kering. Selama disimpan telur diusahakan
tidak dipegang atau digoyang-goyang.
- Kelompok II: Telur diolesi dengan air kapur
Kapur diberi air dan diaduk. Telur yang akan diawetkan
dicuci terlebih dahulu. Setelah itu telur diolesi air kapur dengan menggunakan
kuas kecil.
Pengawetan dengan air kapur ini sebagai pembanding model
pengawetan lainnya, karena kita mengetahui bahwa cangkang telur terdiri dari
zat kapur.
- Kelompok III: Telur diolesi minyak kelapa
Langkah pertama kelapa dikupas dan diparut. Selanjutnya
parutannya diremas-remas sambil ditambah air secukupnya. Hasilnya adalah berupa
santan. Santan itu kemudian direbus selama kurang lebih 3 jam. Setelah menjadi
minyak, pisahkan minyak tersebut dari ampasnya.
Tahap berikutnya ambil telur dan dicuci. Kemudian telur
diolesi minyak kelapa dengan menggunakan kuas kecil. Biasanya, 1 liter minyak
kelapa bisa digunakan untu mengawetkan telur sekitar 70 kg.
- Kelompok IV: Telur dibiarkan (tanpa diolesi apa-apa)
Setelah telur dicuci, telur disimpan di tempat kering.
Selama proses penyimpanan telur tidak boleh dipegang ataupun digoyang.
4.3
Analisis Hasil
Dari
hasil pengamatan diperoleh hasil, bahwa telur ayam yang diolesi minyak kelapa
dapat bertahan kesegarannya selama 2 bulan atau 8 minggu. Sedangkan telur yang
diolesi minyak curah bagian kuning telur sudah tidak utuh, membusuk, dan
berbau.
Untuk
telur yang diolesi air kapur, kuning telurnya tidak utuh, busuk, terdapat
banyak belatung, dan berbau. Demikian pula pada telur yang dibiarkan (tanpa
diolesi) kesegarannya hanya bertahan 1 minggu, setelah itu kuning telurnya
sudah tidak utuh, busuk, terdapat banyak belatung, dan berbau.
V.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa cara
pengawetan telur ayam segar selain dimasukkan lemari es, dapat pula dilakukan
mengolesi telur dengan minyak kelapa. Pengolesan telur ayam dengan minyak
kelapa mampu mempertahankan kesegaran telur selama 8 minggu atau 2 bulan.
Pengawetan telur dengan minyak kelapa tidak hanya mampu
mempertahankan kesegaran telur, tapi juga mampu mempertahankan keutuhan nilai
gizinya. Hal ini amat menguntungkan, karena selain prosesnya mudah juga irit
dalam biaya.
5.2
Saran
1. Dalam membeli telur pilihlah telur yang baik, yaitu telur
yang memiliki ukuran dan bentuk yang proporsional
2. Sebelum telur disimpan untuk mempertahankan kesegarannya
telur dicuci bersih terlebih dahulu agar tidak terinfeksi bakteri
3. Sebaiknya telur yang diawetkan disimpan dalam rak
4. Masyarakat kiranya perlu mencoba melakukan upaya agar
telur tetap dalam keadaan segar dengan cara diolesi minyak kelapa, karena bisa
mempertahankan kesegaran telur dengan biaya murah.
DAFTAR
PUSTAKA
Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan. 2004. Panduan
Lomba Karya Ilmiah Remaja (KIR) Siswa SMP/MTs Se-Kabupaten Pekalongan
Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Reseach. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Haryoto. 1996. Pengawetan Telur Segar. Yogyakarta:
Kanisius.
Rashaf, Muhammad. 1991. Pengelolaan Produksi Telur.
Yogyakarta: Kanisius.
Riyanto, Antonius. 2001. Sukseskan Menetaskan Telur Ayam.
Jakarta: Andromedia Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar